
Bulan sya’ban adalah bulan yang dekat dengan bulan ramadhan. Dalam bulan sya’ban ini menjadi istimewa karena pada bulan ini ada momen malam nisfu sya’ban. Apa itu malam nisfu sya’ban? Yaitu malam yang bertepatan pada hari ke 15 di bulan sya’ban (kalender hijriah). Secara bahasa, pengertian Nisfu Sya’ban adalah pertengahan bulan Sya’ban. Kata ‘Nisfu’ (النِّصْفُ) sendiri berasal dari bahasa Arab yang artinya ‘Setengah’ atau ‘Separuh’. Lalu bagaimana dalil malam nisfu sya’ban? Dan bagaimana do’anya?
Dalam salah satu hadis Rasulullah SAW yang berbunyi, “Ini adalah bulan yang sering dilalaikan banyak orang, bulan antara Rajab dan Ramadhan. Ini adalah bulan dimana amal-amal diangkat menuju Rab semesta alam. Dan saya ingin ketika amal saya diangkat, saya dalam kondisi berpuasa,” (HR. An Nasa’i 2357, Ahmad 21753, Ibnu Abi Syaibah 9765 dan Syuaib Al-Arnauth menilai ‘Sanadnya hasan’).
Menanggapi hadis di atas kita sudah sejawajarnya tidak boleh melewatkan malam nisfu sya’ban ini tanpa memperbanyak amal shalih. Rosululloh memang tidak memberikan perintah atau tuntunan khusus dalam mengisi amalan pada malam nisfu sya’ban ini. Namun ada tuntunan umum dari rosululloh berkaitan dengan malam nisfusya’ban ini dengan meningkatkan ibadah kita. Bagaimana caranya? yaitu dengan menunaikan sunnah qiyamullail atau tahajud, memperbanyak istigfar, dan juga memperbanyak membaca al-qur’an.
Namun bagaimana dengan pendapat tentang membaca surat yasin 3x pada saat malam nisfu sya’ban? Dalam hal ini boleh saja, karena di dalam surat yasin ini terdapat makna yang sangat mendalam tentang bahasan akhirat. Imam Al-Ghazali berkata: Sesungguhnya, iman adalah mengakui tentang Al-Hasyr (hari kebangkitan), An-Nasyr (hari pembentangan amal) yang mana surah Yasin menetapkannya dengan bentuk yang sangat jelas. Peristiwa Nisfu Sya’ban ini bertepatan dengan pertengahan bulan sya’ban sehingga selain membaca Alqur’an, kita juga di anjurkan untuk puasa. Seperti yang kita tahu bahwa rosulullohpun mencontohkan kita untuk berpuasa ayyamul bidh.
Dalil Tentang Keutamaan Malam Nisfu Sya’ban
Benarkah bulan sya’ban ini termasuk bulan yang penuh keberkahan? Yuk mari kita lihat dalilnya:
Syekh Abdul Qadir al-Jilani mengatakan:
وقيل إن الحكمة في أن الله تعالى أظهر ليلة البراءة وأخفى ليلة القدر لأن ليلة القدر ليلة الرحمة والغفران والعتق من النيران، أخفاها الله لئلا يتكلوا عليها
“Dikatakan, hikmah Allah memperlihatkan malam pembebasan (nisfu Sya’ban) dan menyamarkan Lailatul Qadar adalah bahwa Lailatul Qadar merupakan malam kasih sayang, pengampunan, dan pemerdekaan dari neraka. Allah menyamarkan Lailatul Qadar agar para manusia tidak mengandalkannya.”
وأظهر ليلة البراءة لأنها ليلة الحكم والقضاء وليلة السخط والرضاء ليلة القبول والرد والوصول والصد، ليلة السعادة والشقاء والكرامة والنقاء فواحد فيها يسعد والآخر فيها يبعد، وواحد يجزى ويخزى وواحد يكرم وواحد يحرم، واحد يهجر وواحد يؤجر
“Dan Allah memperlihatkan malam pembebasan (nisfu Sya’ban) karena ia adalah malam penghakiman dan pemutusan, malam kemurkaan dan keridhaan, malam penerimaan dan penolakan, malam peyampaian dan penolakan, malam kebahagiaan dan kecelakaan, malam kemuliaan dan pembersihan. Sebagian orang beruntung, sebagian yang lain dijauhkan dari rahmat-Nya, ada yang dibalas pahala, ada pula yang dihinakan, ada yang dimuliakan, ada pula yang dicegah dari rahmat-Nya, salah seorang didiamkan, salah seorang diberi pahala.” (Syekh Abdul Qadir al-Jilani, Ghunyah al-Thalibin, hal. 283)
Malam Pengampunan Dosa
Salah satu hadist ini diriwayatkan oleh Aisyah, “Aku pernah kehilangan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kemudian aku keluar, ternyata beliau di Baqi, sambil menengadahkan wajah ke langit. Nabi bertanya; “Kamu khawatir Allah dan Rasul-Nya akan menipumu?” (maksudnya, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak memberi jatah Aisyah). Aisyah mengatakan: Wahai Rasulullah, saya hanya menyangka anda mendatangi istri yang lain. Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya Allah turun ke langit dunia pada malam nisfu syaban, kemudian Dia mengampuni lebih dari jumlah bulu domba bani kalb.”
Pada malam nishfu Sya’ban, Allah memperhatikan seluruh makhluk- Nya. Kemudian, Dia mengampuni dosa semua makhluk Nya kecuali orang-orang musyrik dan orang-orang yang sangat memusuhi (agama-Nya),
Kedua, Ali bin Abu Thalib berkata, Rasulullah bersabda,
Apabila malam nishfu Sya’ban tiba, dirikanlah shalat pada malamnya dan berpuasalah pada siangnya. Karena, sesungguhnya Allah berseru, Siapa yang meminta ampun (pada malam ini), niscaya Aku akan mengampuninya, siapa yang meminta rezki (pada malam ini), niscaya Aku akan memberinya rezki, siapa yang meminta sesuatu kepada-Ku (pada malam ini), niscaya Aku akan mengabulkan permintaannya, siapa yang meminta ini dan itu, niscaya Aku akan memberinya apa yang ia minta. ( HR . Ibnu Majah : 1/444 ).
Ketiga, Utsman bin Abi Ash berkata, ” Nabi bersabda ,
Pada malam nishfu Sya’ban, sebuah suara akan menyeru seperti ini, Adakah orang yang mau meminta ampun, sementara Aku niscaya akan mengampuninya, adakah orang yang meminta, sementara Aku niscaya akan memberinya?. Sesungguhnya tidak ada seorang pun yang meminta sesuatu (pada malam ini) melainkan Aku akan memberinya, kecuali bila orang tersebut adalah seorang pezina atau orang musyrik.n Ratna Ajeng Tejomukti.
Do’a Malam Nisfu Sya’ban
اَللّٰهُمَّ يَا ذَا الْمَنِّ وَلَا يُمَنُّ عَلَيْكَ يَا ذَا الْجَلَالِ وَالإِكْرَامِ يَا ذَا الطَوْلِ وَالإِنْعَامِ لَا إِلٰهَ إِلَّا أَنْتَ ظَهْرَ اللَّاجِيْنَ وَجَارَ المُسْتَجِيْرِيْنَ وَمَأْمَنَ الخَائِفِيْنَ اللّٰهُمَّ إِنْ كُنْتَ كَتَبْتَنِيْ عِنْدَكَ فِيْ أُمِّ الكِتَابِ شَقِيًّا أَوْ مَحْرُومًا أَوْ مُقْتَرًّا عَلَيَّ فِي الرِزْقِ، فَامْحُ اللّٰهُمَّ فِي أُمِّ الكِتَابِ شقَاوَتِي وَحِرْمَانِي وَاقْتِتَارَ رِزْقِيْ، وَاكْتُبْنِيْ عِنْدَكَ سَعِيْدًا مَرْزُوْقًا مُوَفَّقًا لِلْخَيْرَاتِ فَإِنَّكَ قُلْتَ وَقَوْلُكَ الْحَقُّ فِيْ كِتَابِكَ المُنْزَلِ عَلَى لِسَانِ نَبِيِّكَ المُرْسَلِ “يَمْحُو اللهُ مَا يَشَاءُ وَيُثْبِتُ وَعِنْدَهُ أُمُّ الكِتَابِ” وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمـَّدٍ وَعَلَى اٰلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ العَــالَمِيْنَ
Allâhumma yâ dzal manni wa lâ yumannu ‘alaik, yâ dzal jalâli wal ikrâm, yâ dzat thawli wal in‘âm, lâ ilâha illâ anta zhahral lâjîn wa jâral mustajîrîn wa ma’manal khâ’ifîn.
Allâhumma in kunta katabtanî ‘indaka fî ummil kitâbi syaqiyyan aw mahrûman aw muqtarran ‘alayya fir rizqi, famhullâhumma fî ummil kitâbi syaqâwatî wa hirmânî waqtitâra rizqî, waktubnî ‘indaka sa‘îdan marzûqan muwaffaqan lil khairât.
Fa innaka qulta wa qawlukal haqqu fî kitâbikal munzal ‘alâ lisâni nabiyyikal mursal, “yamhullâhu mâ yasyâ’u wa yutsbitu, wa ‘indahû ummul kitâb” wa shallallâhu ‘alâ sayyidinâ muhammad wa alâ âlihî wa shahbihî wa sallama, walhamdu lillâhi rabbil ‘alamîn.
Artinya, wahai Tuhanku yang maha pemberi, engkau tidak diberi. Wahai Tuhan pemilik kebesaran dan kemuliaan. Wahai Tuhan pemberi segala kekayaan dan segala nikmat. Tiada tuhan selain Engkau, kekuatan orang-orang yang meminta pertolongan, lindungan orang-orang yang mencari perlindungan, dan tempat aman orang-orang yang takut.
Tuhanku, jika Kau mencatatku di sisi-Mu pada Lauh Mahfuzh sebagai orang celaka, sial, atau orang yang sempit rezeki, maka hapuskanlah di Lauh Mahfuzh kecelakaan, kesialan, dan kesempitan rezekiku.
Catatlah aku di sisi-Mu sebagai orang yang mujur, murah rezeki, dan taufiq untuk berbuat kebaikan karena Engkau telah berkata–sementara perkataan-Mu adalah benar–di kitabmu yang diturunkan melalui ucapan Rasul utusan-Mu, ‘Allah menghapus dan menetapkan apa yang Ia kehendaki. Di sisi-Nya Lauh Mahfuzh.’
Share dan Follow Instagram @rubiq.official